Lawang Sewu - wisata adrenalin semarang
Lawang Sewu
adalah nama sebuah gedung kuno di kota Semarang. Dibangun pada tahun
1904 oleh Belanda, Lawang Sewu dulunya berfungsi sebagai kantor
perusahaan kereta api Belanda. Nama Lawang Sewu yang berarti seribu
pintu berasal dari bentuk bangunannya yang mempunyai banyak pintu dan
jendela. Yang menarik dari Lawang Sewu adalah suasana mistisnya yang
dilengkapi dengan arsitektur megah khas jaman dahulu. Gedung Lawang Sewu
juga mempunyai lantai bawah tanah yang dulunya difungsikan sebagai
penjara. Harga tiket masuk Lawang Sewu adalah 10,000 Rupiah. Terletak di
bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya
Lawang Sewu (Seribu Pintu)
dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak.
Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki
banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering
menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI)
atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai
sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam
IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah.
Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri
yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14
Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran
yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan
Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang
dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang
Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota
Semarang yang patut dilindungi.
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan
revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan
bersejarah PT Kereta Api Persero
Sejarah
Bangunan Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama lain Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Kantor Pusat NIS).
Awalnya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang
Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta
yang sangat pesat, mengakibatkan bertambahnya personil teknis dan
tenaga administrasi yang tidak sedikit seiring berkembangnya
administrasi perkantoran.
Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai.
Berbagai solusi dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan
milik perseorangan sebagai solusi sementara yang justru menambah tidak
efisien. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa
sehingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting.
Maka, diusulkanlah alternatif lain: membangun kantor administrasi di
lokasi baru. Pilihan jatuh ke lahan yang pada masa itu berada di pinggir
kota berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di ujung Bodjongweg
Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Bodjongweg dan
Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal).
NIS mempercayakan rancangan gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada
Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Quendag, arsitek yang
berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses perancangan dilakukan di
Belanda, baru kemudian gambar-gambar dibawa ke Kota Semarang. Melihat
dari cetak biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah
bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula
kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangani di Amsterdam tahun
1903.
|
gambaran pada masa lalu-Lawang Sewu |
|
lawang sewu sebelum mengalami renovasi |
|
lawang / pintu-pintu lokasi wisata lawang sewu |
|
kerata tua yang menjadi pajangan wisata |
|
suasana tugu muda dan lawang sewu di malam hari |
|
desain bangunan lawang sewu (sumber wikipedia) |
|
suasana malam hari tampak depan dari lawang semu |
|
lawang sewu dari dalam |
|
bagian dalam dari aula lawang sewu |
|
area tengah dari kompleks lawang sewu |
0 komentar:
Posting Komentar